02 December 2011

Watching Drama

shin min ah di film ini polos banget
Semalem baru aja menyelesaikan sebuah seri drama korea berjudul My Girlfriend Is A Guminho. Ceritanya cukup menarik dan tentunya seperti biasa drama dari korea menyuguhkan kita "pemandangan" indah dari pemeran-pemeran yang bermain di drama tersebut.

Sampai sekarang saya masih heran, kenapa Indonesia gak bisa membuat sebuah serial drama atau sinetron yang ceritanya berisi, unik dan tentunya tidak bertele-tele ampai ribuan ratusan episode.
Semua drama atau sinetron di Indonesia alur cerita dan temanya gampang ditebak. Contohnya:
1. Pemeran utama kaya raya, yang disuka miskin.
2. Mudah Amnesia.
3. Adegan berdarah pasti darahnya kelihatan palsu.
4. Sekolahan pakaiannya gak ada yang beres.
5. Banyak adegan makan.
dan masih sangat amat banyak adegan yang gampang ditebak lainnya.



Mungkin karena negara kita terlalu konsumtif, hanya bisa menikmati hasil dari ciptaan negara lain tapi tidak bisa menciptakan sendiri suatu drama atau sinetron menarik yang minimal bisa dinikmati warga negara ini sendiri (yang tentunya kita gak perlu capek download subsittle).
Tapi, bukan berarti gak ada sinetron menarik yang pernah tayang di Indonesia. Ada 2 yang sampai saat ini yang menurut saya berkualitas dan memberikan nilai edukasi yang cukup besar, yaitu Si Doel Anak Sekolahan sama Keluarga Cemara. Ya, praktis hanya 2 sinetron tersebut yang membekas nilai budaya serta kekeluargaannya sampai sekarang, sisanya selalu kisah cinta yang itu-itu saja.

Kalau saya bandingkan dengan drama asing (tentunya yang sudah saya tonton) 2 sinetron diatas mirip-mirip lah sama Jewel In The Palace dan Tokyo Tower. Dimana JITP menceritakan budaya serta sejarah perawat pertama dari kore (mirip SDAS yang menceritakan budaya betawi) dan TT menceritakan kisah pengorbanan seorang ibu demi kesuksesan sang anak semata wayang (mirip KC yang menceritakan lika-liku kehidupan keluarga sederhana menghadapi kehidupan kota besar).

Tokyo Tower - Berhasil buat saya mewek

Jewel In The Palace - Jang Geum, cantik dan pantang menyerah


Yah, do'a saya sih semoga cepet tobat dari penyakit demam cinta yang biasa-biasa buat para insan persinetronan di Indonesia dan kembali ke jalan cerita berkelas nan unik. Amin. 




Waktu cepet banget berlalu, apa lagi saat kita sedan menikamti tiap derik dari hari yang kita lalui.
Sekarang sudah sampai di penghujung 2011, sudah masuk bulan Desember.
Malang sepertinya sedang musim hujan tapi sumuknya gak umum.

2 comments:

Zafira said...

Hambali, I'm from Malaysia and have something to ask. Maaf ya atas pertanyaanya? Tidak bermaksud untuk membandingkan kualitas atau apa jua, cuma sekadar tertarik untuk meneliti lanjut.

Gimana ya anak orang miskin itu selalu aja berupa anak kacukan, ganteng, cantik, dan sebagainya. Sedang ibu bapanya lagi sedang-sedang aja? Saya kira filem-filem Indonesia dahulu tidak begitu sekali rupanya, bahkan lebih jujur. Atau emang saya yang silap statement-nya? Makasih.

Ahmad Hambali Putra said...

Hi SIti Zafira. Sebelumnya terima kasih sudah mau membaca postingan di blog saya.
Saya sependapat sih sama kamu, film indonesia sekarang semacam gak masuk akal (seperti yang kamu utarakan).
Jauh berbeda dengan film-film dulu, lebih mendidik, berkualitas dan tentunya masuk akal.