05 August 2011

Ramadhan dan Kesetaraan

Marhaban ya ramadhan, selamat datang bulan dimana semua warung makan tutup atau setidaknya ditutupi tirai.
Saya seorang muslim dan saya baru tersadar kalo ada sedikit rasa egois yang terpancar dari "tutupnya warung makan di bulan ramadhan". Kenapa?
Well, kita yang melaksanakan ibadah puasa ramadhan seolah menuntut untuk "dihormati" selama bulan ini agar warung makan setidaknya menutupi lapaknya, agar tak terlihat dari luar "aktifitas" yang terjadi di dalamnya.


Ini aneh, coba kita kembali kepada esensi "kenapa kita berpuasa", ulama-ulama yang selama ini saya dengar di ceramahnya mengungkapakan bahwasanya puasa ramadhan ini tak sekedar menahan lapar dan dahaga, tapi juga beruasah meningkatkan kualitas iman dan takwa; menjadi ajang dimana kita bisa merasakan penderitaan fakir miskin yang notabene susah mendapat asupan makanan dan sebagainya.
Untuk hal terakhir yang saya sebutkan tadi, mungkin cocok dengan apa yang akan saya bahas sekarang.
Alasan kenapa kita dituntut untuk "merasakan penderitaan fakir miskin" ini agar kita lebih rendah diri, mengerti keluh kesah orang yang tidak seberuntung kita dan akhirnya bisa menjadi orang yang saling mengerti dan peduli terhadap sesama.

Kita minta dihormati oleh "orang lain", tapi apakah kita menghormati "orang lain" tersebut?.
Sebagai permisalan, saat kita sedang tidak berpuasa, berapa banyak dari kita yang muslim, makan dengan lahap di warung (yang nantinya tutup di bulan ramadhan) lalu dilihat oleh para pemulung, peminta-minta atau orang tak mampu lainnya? Apakah kalian menghormati mereka yang tidak bisa makan? Apakah mereka meminta anda untuk dihormati?.

Sekarang kita ini hidup berdampingan, bukan cuma bersama mereka yang kurang mampu tersebut, tapi juga bersama penganut agama lain, yang bisa dibilang sama-sama "orang lain" dalam hidup kita para muslim.
Jadi, kalau anda marah, tersinggung ataupun merasa tidak dihormati saat ada "orang lain" yang makan dan minum saat anda sedang berpuasa, sebaiknya dipikir lagi.

Jadi, berdasarkan apa yang sudah saya utarak diatas, sudah bukan zamannya lagi warung-warung makan tutup atau ditutup-tutupi, biarkan normal seperti sebelum ramadhan, katanya mau saling dihormati tapi kok malah minta lebih dihargai, harusnya ada kesetaraan karena kita juga hidup bersama "orang lain".

Sekedar buat renungan, kalo pembaca ada yang tidak setuju, saya terbuka dalam menerima pendapat.
Selamat menunaikan ibadah puasa kawan-kawan.

No comments: